~Welcome to my Blog :)

Senin, 22 April 2013

cerita ini diangkat dari kisah nyata


Ayah, aku sedih..



Siapakah sosok ayah sebenarnya? Sosok yang banting tulang mencari nafkah untuk anak dan istrinya. Sosok yang tidak ingin menampakkan tetes keringatnya dari penglihatan anak dan istrinya. Sosok yang selalu berharap untuk kebahagiaan anak dan istrinya.

“Ayah.. maafkan aku.. aku belum bisa membahagiakanmu.. aku terlalu muda untuk memetik satu bintang agar aku berguna untukmu.. aku mencintaimu ayah..“

Di suatu kota besar, kota yang dipenuhi penduduk dengan kebanyakan beridentitas sebagai orang individualis ini, sosok ayah dan istrinya bersama dua anaknya Sinta (14) dan Mira (3). Rumahnya tidak terlalu besar, setidaknya cukup untuk tempat merebahkan segala pikiran dan rasa lelah. Seorang istri yang tidak bekerja ini sungguh tulus untuk mendidik anaknya.

Satu bulan lagi, Sinta akan mengikuti ujian akhir nasional di sekolahnya. Di ruang keluarga yang sempit itu, terjadi percakapan dari keluarga bahagia ini.

"ayah, ibu, aku ingin mengikuti ujian, tetapi SPPku belum lunas, satu bulan 250 ribu. Sinta belum bayar dua bulan" sinta memulai percakapan

"ayah akan carikan uangnya, tapi kamu harus lulus dan masuk di SMA favorit ya"

"tidak masalah, tapi kenapa sinta belum bisa melunasi SPP? Ayah tidak punya uang?"

"sinta, kamu jangan begitu. Ibu janji bakal melunasi iuran sekolah kamu“ ibunya menjawab.

Sedangkan Mira sedang asik dengan mainan boneka kecilnya.

Waktu sudah larut malam. Ayah duduk di depan rumah sambil menatap ke langit yang penuh bintang. Sinta datang dan duduk di sampingnya. Tak ada suara yang terdengar, hanya bunyi jangkrik dan suara jauh dari kendaraan berlalu lalang.

"sinta, ayah sayang sama kamu. Kamu jangan nakal nanti kalo sudah cukup dewasa"

"sinta kan sudah dewasa yah"

"kamu masih dibawah 17 tahun, jangan macam macam. Jaga pergaulan kamu"

"iya, sinta janji"

"aa..aaa" Mira datang sambil memanggil kakaknya dan berjalan layaknya balita.

Sinta menarik adiknya masuk ke dalam rumah dan mereka tidur pulas istirahat. Sedangkan sang ayah masih duduk diluar.

"ya Allah..  hamba bingung harus kemana lagi hamba mendapatkan uang untuk membayar iuran Sinta. Berilah hamba petunjukMu"

Mengingat permohonan anaknya tadi, ia tak bisa tidur malam itu. Paginya ia bertekad 
 untuk ke rumah teman akrabnya di kota sebelah. Sebut saja Indro. Pak Indro ini hidup cukup nyaman dengan pekerjaan yang memadai dan istrinya bekerja sebagai wirausaha yang terbilang sukses. Setibanya ayah Sinta ini di rumah pak Indro bermodalkan kendaraan seadanya, esok harinya ia mengetuk pintu rumah pak Indro tersebut.

"assalam’ualaikum?" sambil mengetuk pintu

"walaikum salam" Rani membuka pintu rumah. Rani adalah anak dari pak Indro

"bapakmu ada?"

"ada, tunggu sebentar. Silakan masuk pak" rani mempersilakan masuk tamu tadi.
Pak Indro keluar dan menghampiri Ayah sinta

"apa kabar kawan.. lama tak jumpa kita"

"Alhamdulillah baik, bagaimana kamu pak?"

"baik baik.. silakan duduk" pak Indro memulai percakapan

"begini pak.. saya ingin meminjam uang 500rb, untuk biaya iuran sekolah anak saya"

"500rb? Aduh.. pak, saya punya uang tapi semuanya untuk dipakai sebagai bayaran lain. Ada pegangan 200rb saja nih"

"Baiklah.. tidak apa apa pak Indro, saya terima uangnya"

Pak Indro masuk ke dalam kamar dan mengambil uang 200rb. Lalu menyerahkannya kepada ayah Sinta.

"terimakasih pak.. kamis depan akan saya bayar"

"tidak masalah. Baiklah kalau begitu"

Mereka berjabat tangan lalu ayah Sinta mengendarai motornya dan kembali kerumahnya.
Sesampainya di rumah. Ayah Sinta duduk dan memandangi uang 200rb tadi. Uang yang sedang ia miliki adalah untuk kebutuhan pangan. Sedangkan ia harus mencari pinjaman lagi untuk memenuhi biaya iuran sekolah Sinta. Pekerjaannya yang hanya sebagai tenaga kerja terlatih, tak sedikitpun membuatnya mengeluh dengan gaji yang seadanya.

Hari berlalu, besoknya hari jum’at dan ayah Sinta pergi lagi ke kota  yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Disitu ia menemui pak Rizal. Beliau hanyalah orang sederhana yang hidup dengan satu istri dan dua anak. Ia sudah berjanji dengan pak Rizal untuk meminjam uang berapapun yang bisa dipinjamnya. Pak Rizal hanya bisa meminjamkan 100rb saja karena ia tak juga banyak uang. Demi sang anak, ayah Sinta rela mengendarai kendaraannya ke ruma pak Rizal hanya mencari pinjaman 100rb rupiah.

Singkat cerita, ayah Sinta berhasil meminjam uang tersebut dan kembali lagi ke rumah kediamannya.

Dia sungguh binggung dan stress akibat memikirkan bagaimana ia harus mencari pinjaman 200rb lagi untuk biaya iuran Sinta.

Hening dan ayah Sinta tak sedikitpun angkat bicara. Dan kalian tahu apa yang terjadi? Di tengah istirahat dan kerja keras ayah Sinta kesana kemari mencari pinjaman, ia terserang penyakit jantung akibat terlalu lelah dan istirahat kurang. Ayah sinta dibawa kerumah sakit terdekat untuk di periksa. Sinta sangat panik, ibunya lebih panic dengan Mira yang digendongnya. Mereka menuju rumah sakit dengan mobil angkot tetangga sebelah.
Tiba dirumah sakit tepatnya malam sabtu, ayah Sinta sangat kritis. Sinta dan Mira duduk diluar. Sinta sambil menangis dan membaca buku pelajaran karena senin depan ia akan ujian nasional. Sang istri masuk ruangan beliau dan berbicara dengan sang suami yang sedang kritis itu.

"pak, kami sedih melihatmu terbujur disini, bukan masalah biaya rumah sakit, tapi aku ingin kita melihat Sinta dan Mira nanti sudah dewasa"

"ii..yaa bu.. dii.. lemarii ka..mar kita.. ada uang 300rb untuk.. SPP Sinta bu.."

"astagfirullah.. kamu dapat dimana uang itu mas? Kamu minjam dimana?"

"aku.. sud..aah janji dengan pak.. Indro, tolong bayarkan.. pada beliau.. 200rb, dan ..pak Ri..zal 100rb."

Sang istri menangis sambil memegang erat tangan suaminya. Ayah Sinta semakin merintih kesakitan di jantungnya. Suster dan dokterpun datang ke ruangan sambil memompa dada sang ayah Sinta.

Istri, Sinta, dan Mira berpelukan sambil menangisi keadaan sang ayah.

"ibu.. ayah kenapa bu?" sinta terisak menangis

Dokter keluar ruangan dan beserta suster.

"innalillahiwainnailaihi rojiunn, maaf bu, ayah kalian sudah tiada, jantungnya terlalu parah dan semakin lama semakin tidak bisa memompa aliran darah ditubuhnya

"ayaaaaaaaaaaahhhhhh!!" sinta berlari masuk ke ruang rawat

Sang istri menangis bersama dengan Mira yang digendongnya

"ayaahh.. bangunn yah.. Sinta sayang ayah, ayah jangan pergi dulu sebelum Sinta lulus ujian minggu depan"

Adiknya Mira dan sang ibu berdiri di sebelah ayah yang terbujur kaku. Mira melepaskan gendongan dari tangan ibunya dan duduk di sebelah ayahnya sambil menggoyanggkan tubuh ayahanda.

"yahh.. bangun yahh.. bangun yahh.. ayah.. bangun..  kakaa?" Mira yang masih kecil itu berusaha memanggil ayahnya. Namun apa daya airmata mereka tidak dapat mengembalikan nyawa sang ayah.


Nah.. teman teman.. cerita di atas adalah kisah nyata. Kita sebaiknya jangan membuang-buang uang untuk hal yang percuma :’) masih banyak mereka yang membutuhkan uang. Tidak disangka mereka adalah orang di sekitar kita.. sayangi ayah maupun ibu dan keluarga kalian. Karena keluarga adalah segalanya. Mari kita sorakkan bahwa AKU SAYANG KELUARGAKU !


Penulis : Sri Yuliani Agustina

22 April 2013

Jumat, 19 Agustus 2011

Cerita Pendek


AKU UNTUK KAMU


Lelah hari ini membuat Erik istirahat di kamarnya. Sebelum dia tidur dia masih teringat dengan website yang dibukanya beberapa jam lalu. Disitu dia melihat Sandra sahabatnya berpacaran dengan Andre. Sebelum menutup akunnya dia sengaja mencuri foto Sandra lalu memajangnya di meja kamar. Pria pendiam itu kuliah di universitas terbaik di kotanya, begitu pun dengan Sandra. Mereka telah bersahabat sejak kecil namun sejak ayah Erik meninggal dia menjadi pendiam dan jarang menghubungi Sandra. Usai menyelesaikan tugas kuliahnya Erik menutup laptopnya lalu tertidur pulas. Esok harinya ia kembali kuliah dengan mobil pribadinya. Meskipun dia baru lulus 2 tahun yang lalu, Erik tak perduli dengan sikapnya yang terlalu pendiam dengan orang sekitar.


Kampus—

Dengan kacamata hitam dan mobil merahnya, semua mata tertuju pada Erik. Entah apa yang membuatnya tidak peduli seakan di lingkungan itu tak ada orang lain. Tepat di hadapan Erik setelah turun dari mobil ia melihat Sandra dan Andre jalan berdua dan berpegangan tangan. Disitu Sandra melihat Erik lalu melambaikan tangannya, begitupun dengan Erik. Wajah tampan dan senyum manis itu tertuju pada Sandra. Seperti biasa saat waktu luang ia menyempatkan diri bertemu dengan Sandra, entah sekedar ngobrol atau curhat dengan sohibnya itu.


“hei”


“hei..” sapaan Sandra sedikit mengageti Erik


“gue mau curhat sama lo.. bisa nggak’?”


 “kapan ?, bisa kok.. gimana kalo di depan rumah gue, di bawah pohon beringin?” Erik tertawa kecil


“iya, ntar sore gue kerumah lo..  daah” Sandra melambaikan tangannya dengan senyuman.


Sepanjang jalan Erik hanya tersenyum merasakan hari ini.

Tepat pukul 4 sore, sesuai dengan janjinya Sandra datang ke rumah Erik dengan mobilnya. Mereka lalu duduk berdua di bawah pohon itu dan memulai percakapan.


“Rik, sebenernya.. gue ga sanggup cerita ini sama lo, karena mungkin ini pribadi gue sama cwo gue. Tapi ga ada lagi yang bisa ngertiin gue selalin lo. Gue tau itu” ucap Sandra tanpa ekspresi di wajahnya .


2 orang lebih baik daripada 1,  kalo lo gak mencurahkan isi hati lo ke orang lain, selamanya itu cuma bakal jadi masalah lo, dan selayaknya masalah itu yang menyelesaikan harus lo sendiri..

“iya gue tau.. gue merasa bingung sama perasaan gue sekarang. Andre terlalu mengabaikan gue.. dia memilih fansnya terutama kaum cewek. Yaa gue tau dia bukan artis tapi dia terlalu popular dan itu membuat hubungan kami rumit banget, entah sampai kapan gue diginiin sama dia. Seandainya gue protes dan bicara ini sama dia. Tapi gue takut kehilangannya Rik”


“lo mungkin harus bisa menanggapi hal ini San, lo harus sabar dan lo beruntung , jangan pernah lo menyia-nyiain dia. gue yakin dia sayang banget sama lo. Dia mungkin hanya sibuk dengan urusannya hingga dia sedikit lupa sama lo. lo hanya perlu perhatian lebih sama Andre, karena gue yakin lo pasti bisa jadi yang terbaik buat Andre.”


“lo benar Rik. Seandainya gue nyia-nyiain dia, tentunya gue kehilangan dia”


“nah sekarang lo harus perhatian lebih sama Andre, biar hubungan kalian bisa baik lagi.. udahlah jangan nangis lagi J ” . Walau dalam hatinya sangat ingin mengungkapkan perasaan ini pada Sandra.


“thanks Rik, lo memang sahabat gue yang paling baik” Sandra hanya tersenyum dengan mata yang tertuju pada Erik.


“iya, jangan nangis lah.. dasar cengeng”


Mereka tertawa kecil. Teringat saat ayah Erik belum meninggal dan saat ia belum berubah seperti ini. Erik menjadi orang yang tertutup dan jarang menanggapi hal sepele. Dia terlalu menyembunyikan perasaannya pada orang yang dia sayangi. Meski orang itu adalah Sandra.


Sepulangnya dari rumah Erik, dengan kecepatan tinggi Sandra menyetir mobilnya. Tanpa diketahunya bahwa rem mobilnya blong lalu menabrak truk dengan ganas. Kejadian itu membuat orang-orang di sekitar menyaksikan dan membawa Sandra ke rumah sakit terdekat. Sandra mengalami pendarahan dan matanya tergores benda tajam. Setibanya di rumah sakit, orangtua Sandra memberitahu kepada teman terdekatnya yaitu Erik bahwa Sandra mengalami kecelakaan.


“tante, bagaimana keadaan Sandra?”


“Sandra nyaris buta.. dia membutuhkan donor mata karena matanya tertusuk benda tajam”


“benarkah?? Tante, bolehkah saya mendonorkan mata saya untuk Sandra?, tapi saya tidak mau Sandra mengetahui ini tante.”


Hening membuat suasana itu tegang. Erik nekat mendonorkan matanya untuk Sandra yang sedang membutuhkan pertolongan. Tes darah sudah dilakukan dan sebelum dia kehilangan matanya, Erik menulis:


“keindahan diluar, bukan menjadi jaminan. Hanya di dalam hati semua ku simpan. Gadis yang ku kagumi kini tak mungkin dapat ku tatap lagi. Sebagai hal terindah yang pernah aku saksikan di dunia ini.”


Tak pernah ada penyesalan setelah Erik kehilangan matanya demi Sandra. Dunia sangat gelap ketika Erik menatap dunia dengan hatinya. Kini pria tampan itu tak bisa melihat lagi, sedangkan Sandra mendapatkan kornea mata setelah operasi dilakukan. Keadaan tak semakin baik, Sandra yang tidak mengetahui hal ini tak menanyakan kabar Erik hingga berbulan-bulan. Kini Erik menjalankan aktivitasnya dengan tongkat agar dia bisa berjalan, dan hal itu tak pernah membuatnya mengeluh. Sampai akhirnya terdengar kabar bahwa Sandra akan menikah dengan seorang pria bernama Andre, tepat saat dimana ulang tahun Erik menghadiri perkawinan mereka. Di tempat itulah Sandra mengetahui bahwa Erik yang mendonorkan matanya, Erik hanya tersenyum bahagia saat hari kebahagiaan Sandra mengabarinya. Undangan datang dari keluarga Sandra, diketahuinya bahwa Sandra akan segera menikah dengan kekasih yang dulu pernah diceritakan oleh Sandra. Kini ia hanya bisa mengenang dimana saat mereka bercerita bersama.


Tepat di hari pernikahan Sandra, Erik menghadiri dengan seorang temannya bernama Wawan ke acara tersebut. Keistimewaan terlihat pada acara yang sangat mewah berhias pernak pernik dan beberapa bunga segar menyambutnya. Diduga bahwa orang yang hadir adalah orang orang kelas atas dan berpenampilan rapi. Tepat di depan pintu gerbang tertulis :


“Sandra Melani dan Andre Ghivarel”


Hal itu tak membuat Erik mengeluh bahkan kecewa sedikitpun. Ia tak bisa membaca dan melihat keadaan yang ia hadiri. Perlahan mereka memasuki ruangan, berbau wangi dan hiasan yang sangat mewah di acara pernikahan Sandra. Sebelum berlangsung, Erik berpesan pada Wawan untuk tidak mengajaknya bicara. Erik hanya ingin merasakan suasana pernikahan Sandra dengan perasaannya sendiri. Sandra terlihat sangat cantik menggunakan gaun yang indah berwarna putih, begitu pula dengan Andre, mereka sangat serasi dalam pesta pernikahan itu. Rasa gelisah mulai menghantui Erik, dimana ia akan kehilangan orang yang dia cintai selama ini. Berulang kali ia berpikir bahwa ia tak pantas menghadiri pernikahan Sandra, karena ia telah buta dan diacuhkan orang sekitar. Namun ia tak pernah menyerah untuk ikut membahagiakan Sandra. Meski hanya kehadirannya di acara tersebut. Sekilas Sandra melihat Erik dengan wajah yang sangat tak peduli, dan sekali kali ia memperhatikan pria buta itu. Merasa bahwa Sandra mengenal, namun ia tak sedikitpun menghampiri Erik ditengah para undangan yang ramai. Sandra pun bertanya pada Andre, lalu ia shock setelah mendengar jawabannya.


“siapa pria buta itu?” Sandra menanyakan hal itu sambil mengarahkan matanya ke posisi Erik.


Andre terdiam, dan ia menjawab dengan mendadak. Hal ini bukan rahasia namun inilah kenyataan.


“dia pasienku”


“pasien?”


“iya.. dia pasienku”


“apa yang kau sembuhkan darinya?”


“aku membantu mendonorkan matanya pada orang yang sangat aku cintai.. namun ia tak ingin ini diketahui oleh orang yang diberikan kornea matanya”


Jawaban itu membuat Sandra berpikir , tak ada gadis yang dicintai Andre selain Sandra.. hal ini membuat Sandra terdiam lalu mencoba memahami kalimat itu. Dan akhirnya ia tahu bahwa pria buta yang berada di kejauhan itu telah mendonorkan matanya untuk Sandra.. Sandra berlari menghampiri posisi Erik dan menatap wajahnya, ia menangis setelah menyadari bahwa apa yang dihadapannya ini adalah Erik pahlawan yang telah mendonorkan kornea mata pada pengantin itu. Perlahan ia berkata di hadapan Erik dan memegang tangannya.


“Erik, ini kau?” ia tak bisa menahan tangis dan hampir shock bahwa sahabat lamanya ini telah lama tak ada kabar. Dan bertemu saat Erik telah buta. Erik hanya tersenyum merasakan hangatnya tangan Sandra saat mengatakan hal itu.


“Erik.. jawab”


“aku sahabat yang telah menerima semua keluhanmu,”


Sandra mulai menangis


Karena ia lebih baik dan aku hanya teman yang akan menghiburmu dikala kau sedih. Daripada kau yang buta, lebih baik aku yang buta”


Sandra langsung memeluk Erik di tengah acara. Tak peduli semua mata tertuju pada mereka. Kini Sandra telah terlambat dan dengan gaun pengantin yang telah ia kenakan. Airmata yang membuat pundak Erik semakin basah olehnya, terharulah Erik dan senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya.



Cinta bertepuk sebelah tangan itu bagaikan mimpi indah

Saat orang yang kita cintai bahagia kita akan ikut bahagia

Dan saat orang itu dekat dengan kita

Kita merasa seperti orang itu memang diciptakan untuk kita

Namun saat melihat ia bersama orang lain

Kita jadi tersadar bahwa ia hanyalah mimpi indah

Namun terkadang kita juga bersikeras dan tidak mau menyerah padanya

Padahal kita harus menunggu saat dimana ia akan

Membangunkan kita dari mimpi indah ini


karangan : Sri Yuliani Agustina
 
Banjarbaru, 20 Agustus 2011

SAD ENDING